Olahraga

Tunggal Putri Indonesia Raih Perunggu di Olimpiade Paris 2024

17
×

Tunggal Putri Indonesia Raih Perunggu di Olimpiade Paris 2024

Sebarkan artikel ini

detak.co.id, OLAHRAGA – Gregoria Mariska Tunjung menyumbang medali pertama bagi Indonesia di Olimpiade Paris 2024. Medali Gregoria ini juga menjadi satu-satunya medali Indonesia di cabor bulutangkis pada Olimpiade kali ini. Hasil ini juga sekaligus mengakhiri puasa medali selama 16 tahun dari nomor tunggal putri yang terakhir didapat oleh Maria Kristin.

Tunggal putri Indonesia secara keseluruhan sudah menyumbang lima medali dalam sejarah Olimpiade.Indonesia mengoleksi satu medali emas, satu perak, dan tiga perunggu.

Susy Susanti menjadi tunggal putri tersukses dengan perolehan satu medali emas (1992) dan medali perunggu (1996). Satu medali perak diraih Mia Audina di 1996, dan dua medali perunggu dari Maria Kristin dan Gregoria Mariska Tunjung.

Gregoria berhak finis ketiga tanpa harus bertanding. Setelah dikalahkan An Se-young 21-11, 13-21, 16-21 di semifinal, Gregoria sejatinya menghadapi antara Carolina Marin atau He Bingjao di perebutan medali perunggu pada Senin (5/8/2024).

Akan tetapi, di tengah pertandingan Marin terpaksa mundur dari kejuaraan setelah mengalami cedera lutut. Dengan demikian, medali perunggu praktis diraih Gregoria.

“Peraih medali emas Rio 2016 dan juara dunia tiga kali Carolina Marin dari Spanyol telah mengundurkan diri dari kompetisi bulutangkis Olimpiade Paris 2024 karena cedera lutut kanan. Rincian medis lebih lanjut akan menyusul,” bunyi keterangan dari laman resmi BWF.

“BWF dapat mengonfirmasi bahwa pertandingan medali perunggu tunggal putri pada hari Senin 5 Agustus tidak akan berlangsung. Medali perunggu akan diberikan kepada Gregoria Mariska Tunjung dari Indonesia.”

Gregoria yang mendapat berkah setelah mundurnya Marin mengaku sedih mendengar kabar tersebut. Gregoria mengaku tak mau bersenang-senang dengan medali perunggu di saat Marin harus menangis karena gagal melanjutkan laga.

“Aku abis stretching, lihat Marin jatuh, terus dia coba bangkit lagi. Aku belum sempet lihat atau gimana keputusannya, aku cuma lihat keputusannya retired,” ujar Gregoria kepada wartawan usai laga.

“Bingung, salah banget kalau gembira dengan penderitaan orang lain, ini musibah untuk Marin, bingung bereaksi, tidak ingin ini terjadi.”

“Jujur banget, aku bersyukur dengan medali, tapi bukan happy ya,” tutup Gregoria.

Cedera yang dialami Marin ketika tengah unggul atas He Bingjiao. Saat itu skor Marin unggul 21-14, 10-8. Ia cedera lutut kanan karena salah mendarat.

Sebenarnya Marin sempat mendapatkan perawatan dan melanjutkan permainan. Namun, tidak lama kemudian peraih medali emas Olimpiade Rio de Janiero 2016 itu akhirnya memilih mundur. He Bingjiao pun praktis lolos ke final menghadapi An Se-young.

Marin tidak bisa menahan air mata ketika memutuskan mundur dari pertandingan. Air mata pemain 31 tahun itu pun menjadi tangisan negeri Matador.

Atlet dan pesohor Spanyol mengungkapkan kesedihan atas petaka yang menimpa Marin. Pesepakbola Barcelona dan Timnas Spanyol, Pedri, menjadi salah satu yang memberikan semangat.

“Kamu seorang juara, Carolina Marin,” kata Pedri di akun X pribadinya dengan menambahkan emoticon patah hati.

Pelatih Marin, Fernando Rivas, menjelaskan jagoan Spanyol itu sudah dua kali mengalami cedera ligamen lutut sepanjang karirnya. Oleh karena itu, Rivas pun sudah tahu kondisi Marin dari pengalaman itu.

“Dia menatap saya dan bilang: ‘Saya sudah merusaknya’,” kata Rivas seperti dikabarkan oleh As.

“Kejadiannya saat dia jatuh ke lantai, jadi itu adalah sensasi yang sudah dia tahu, jadi kalau dia bilang itu, itu benar. Jadi, ya, sekarang kami harus memeriksa cederanya, kami harus melakukan tes seperti biasanya, tetap tenang dan harus menerimanya,” kata dia menambahkan.

Pencapaian Gregoria ini pun mendapat apresiasi dari warganet. Beberapa di antaranya menyebut ini sebenarnya bukan kemenangan yang diinginkan, namun tetap memberi selamat ke Gregoria dan mengucapkan semoga Marin cepat sembuh.