detak.co.id, SERDANG BEDAGAI – Aliran Sungai Bedagai yang melintasi sejumlah desa di Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai, kini tercemar limbah yang diduga berasal dari salah satu pabrik tapioka.
Kondisi air sungai yang kini berubah menjadi hitam pekat dan mengeluarkan bau busuk menjadi perhatian serius masyarakat setempat.
Pencemaran tersebut tidak hanya memengaruhi kualitas air, tetapi juga membahayakan biota sungai.
Beberapa jenis ikan ditemukan mengambang di permukaan sungai, yang diduga keracunan akibat tercemarnya air sungai dengan limbah berbahaya.
Seorang warga setempat, Rendi (39), mengungkapkan bahwa kondisi air sungai yang tercemar limbah hitam tersebut sudah terjadi sejak Sabtu (22/2/2025).
“Sejak Sabtu, sampai hari ini, air sungai masih berwarna hitam. Kemarin banyak ikan yang mati dan mengambang akibat tercemar limbah,” ujarnya, Senin (24/2/2025).
Menurutnya, warga di Dusun 1, Desa Cempedak Lobang, turut mengambil ikan-ikan yang mengambang di permukaan sungai.
Namun, beberapa di antaranya melaporkan mengalami gatal-gatal pada kulit setelah terpapar air sungai yang tercemar limbah tersebut.
“Beberapa warga mengalami gatal-gatal, diduga akibat air sungai yang tercemar,” kata Rendi.
Rendi pun meminta agar pemerintah setempat segera mengambil tindakan tegas terhadap perusahaan yang diduga menjadi penyebab pencemaran tersebut.
“Kami meminta pemerintah agar bertindak tegas terhadap perusahaan yang membuang limbah ke Sungai Bedagai,” tegasnya.
Sementara itu, Kabid Pengendali Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Serdang Bedagai, Roy R. Sihombing, menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan peninjauan langsung ke lokasi.
Mereka mengambil sampel air sungai untuk diperiksa di laboratorium guna mengetahui apakah terjadi pencemaran dan sejauh mana dampaknya terhadap lingkungan.
Tambahnya, setelah melakukan peninjauan, kami menduga limbah tersebut berasal dari perusahaan tepung tapioka yang berlokasi di Desa Pergulaan, Kecamatan Sei Rampah.
“Kami melihat langsung air dari bak penampungan limbah dibuang ke sungai. Namun, kami belum bisa memastikan apakah limbah tersebut berbahaya atau tidak, tergantung pada hasil pemeriksaan sampel air yang kami ambil,” ujar Sihombing.
Di sisi lain, pihak PT Plorindo Makmur, perusahaan pengolahan tepung tapioka melalui petugas keamanan, Suriadi, menjelaskan bahwa pimpinan perusahaan tidak berada di tempat karena sedang merawat orang tuanya yang sakit.
“Pimpinan perusahaan tidak ada di kantor, orang tuanya sedang sakit,” kata Suriadi.
Pencemaran Sungai Bedagai ini telah menimbulkan keresahan di kalangan warga dan lingkungan sekitar.
Diharapkan pemerintah segera menindaklanjuti temuan ini dan memberikan sanksi kepada perusahaan yang terbukti mencemari lingkungan demi melindungi ekosistem dan kesehatan masyarakat setempat.(ap).