Oleh: Junaidi Rusli / Wartawan Senior
detak.co.id Opini – Di tengah transformasi digital yang pesat, pola komunikasi antara pemimpin negara dan rakyat mengalami perubahan signifikan.
Jika dulu siaran berita di televisi menjadi panggung utama presiden dalam menyampaikan informasi, kini ruang komunikasi meluas ke berbagai platform yang lebih langsung, partisipatif, dan real-time.
Presiden Prabowo, sebagai pemimpin baru Indonesia, memiliki peluang besar untuk membangun kedekatan dengan rakyat melalui saluran-saluran komunikasi alternatif yang lebih relevan di era digital ini.
- Media Sosial: Jembatan Komunikasi Langsung Tanpa Sekat
Media sosial telah membuktikan diri sebagai alat komunikasi yang efektif.
Presiden Jokowi, misalnya, sukses memanfaatkan Instagram, Twitter (kini X), dan YouTube untuk memperlihatkan sisi humanisnya. Kini saatnya Prabowo menghadirkan versi komunikasinya sendiri.
Melalui media sosial, Presiden bisa menyampaikan respons cepat atas isu-isu nasional, membuka ruang dialog, bahkan menunjukkan proses di balik pengambilan kebijakan.
Namun, kejujuran dan konten yang autentik harus menjadi prioritas—bukan sekadar visual yang dimanipulasi untuk kepentingan pencitraan. Rakyat saat ini tidak hanya menonton, mereka juga menilai.
- Kolaborasi dengan Media Independen dan Kanal Rakyat
Komunikasi kepresidenan tak melulu harus lewat media arus utama.
Justru, dengan menggandeng media komunitas, kanal YouTube independen, dan jurnalis warga, Presiden bisa menunjukkan bahwa suara rakyat dari berbagai lapisan tetap mendapat tempat dalam narasi kebangsaan.
Konsep seperti “Presiden Menjawab” versi rakyat dapat diwujudkan.
Bayangkan sesi tanya jawab bersama mahasiswa, content creator lokal, hingga wartawan dari desa—semua mendapat kesempatan yang sama untuk menyampaikan pertanyaan dan aspirasi secara terbuka.
- Podcast dan Forum Virtual: Membangun Komunikasi Dua Arah
Podcast kini menjadi media alternatif yang digemari, terutama oleh generasi muda.
Presiden Prabowo dapat memanfaatkan format ini untuk menyampaikan pemikiran, menjelaskan kebijakan, atau bahkan berdiskusi dengan para ahli, akademisi, dan oposisi secara santai namun substansial.
Selain itu, forum daring seperti Zoom atau diskusi virtual bersama kelompok masyarakat seperti petani, guru, nelayan, hingga aktivis lingkungan bisa menjadi langkah nyata membangun komunikasi dua arah yang inklusif.
- Kunjungan Kerja Interaktif dengan Teknologi Real-Time
Selama ini, kunjungan presiden ke daerah cenderung bersifat seremonial dan dibatasi protokol.
Padahal, dengan memanfaatkan live streaming, seluruh masyarakat bisa menyaksikan langsung bagaimana pemimpin mereka bekerja di lapangan, mendengarkan keluhan warga, dan memberikan solusi secara langsung.
Keterbukaan semacam ini dapat memperkuat kepercayaan publik, serta memperlihatkan bahwa pemerintah benar-benar hadir untuk rakyat, bukan sekadar tampil di balik podium.
- Sinergi dengan Komunitas Digital dan Influencer Edukatif
Masyarakat digital, terutama generasi muda, lebih akrab dengan tokoh-tokoh kreatif di media sosial.
Presiden dapat bekerja sama dengan influencer edukatif, komunitas kreatif, hingga kreator konten kebijakan untuk menyampaikan informasi pemerintahan dengan gaya yang lebih segar dan mudah dicerna.
Tujuan kolaborasi ini bukan membangun citra semata, tetapi untuk memperluas pemahaman publik terhadap kebijakan negara dengan pendekatan yang membumi, visual, dan relevan dengan keseharian.
Era Baru Komunikasi Kepresidenan
Presiden Prabowo memiliki kesempatan emas untuk mendefinisikan ulang bagaimana seorang kepala negara berkomunikasi dengan rakyatnya.
Di luar studio berita dan mikrofon formal, ada dunia digital yang hidup, dinamis, dan penuh partisipasi rakyat.
Jika ingin membangun bangsa yang kuat dari akar rumput, maka mendengar suara rakyat dari berbagai penjuru adalah keharusan.
Komunikasi bukan sekadar menyampaikan, tapi juga membuka ruang untuk mendengarkan dan merespons secara nyata.