Scroll untuk baca Berita

Pasang Iklan, Advertorial dan Kirim Release, click here
Daerah

Di antara Pyramid, Galaxy dan Aria Barito, Catatan A.R. Loebis

40
×

Di antara Pyramid, Galaxy dan Aria Barito, Catatan A.R. Loebis

Sebarkan artikel ini
A.R Loebis

detak.co.id, JAKARTA, detak.co.id – Nama-nama pada judul tulisan ini bukanlah merupakan bangunan di padang pasir, bukan merupakan gugus benda angkasa dan bukan pula nama kerajaan, melainkan nama hotel tempat menginap para peserta dan panitia HPN 2025 di Kalimantan Selatan.

Pada perhelatan insan pers sepanjang 7-9 Februari 2025 di Bumi Lambung Mangkurat itu, tiga hotel di atas – di antara hotel lainnya – menjadi tempat menginap dan tujuan para peserta, karena padatnya kegiatan di hotel itu.

Hotel Pyramid, tempat menginap para panitia, peserta dari daerah baik wartawan mau pun IKWI, menjadi tempat ajang silaturahim terutama ketika sedang berada di lobi hotel.

“Bapak dari mana? Salam kenal Pak. Kapan datang Pak..,” ucapan itu menjadi sapaan setiap ketemu teman baru. Dari situ, pembicaraan berlanjut ngalor-ngidul. Di antara pembicaraan, tak jauh dari Pasar Terapung, intan Martapura, ada juga tentang situasi PWI saat ini.

Di sini, ada sarapan tiap pagi dan makan malam pun tersedia. “Malam ini saya pengen makan soto Banjar,” kata seseorang, yang menampik ketika diajak santap malam di restoran hotel itu.

“Kok nama hotel ini Pyramid ya..dari mana asal muasalnya,” kata seorang teman, “Saya jadi terbayang bangunan piramid di padang pasir Giza di pinggiran Kairo,” kata seorang teman suatu malam, ketika sedang duduk santai di lobi hotel bintang empat itu.

Hotel Galaxy
Nah, hotel Galaxy terletak di Jalan Ahmad Yani, Banjarmasin. Tidak jelas mengapa namanya
Galaxy.

Galaxy Bima Sakti (Milky Way) adakah galakasi spiral terdiri atas ratusan miliar bintang, termasuk matahari dan tata surya planet kita.

Dalam kepustakaan, disebutkan diameter Galaxy Bima Sakti itu sekitar 100.000 tahun cahaya dengan kecepatan sekitar 600 km / detik. Usianya sekitar 13,6 miliar tahun.
Luar biasa galaksi tata surya ini dan inilah nama yang dipilih untuk hotel berbintang empat, tempat menginap para panitia dan peserta HPN 2025 Kalsel, juga tempat acara-acara pertemuan dan seminar.

Dalam salah satu seminar, kalau tak salah temanya tentang pers mendorong terwujudnya ketahanan pangan Nusantara, saya mendengar ada dialog peserta di depan meja tempat pendaftaran (registrasi).

“Ah saya gak ikut masuk aja, gak tau saya cara memakai hape saya ini,” kata seorang pria setengah baya. Ternyata, di meja itu harus dilakukan pendaftaran digital, dengan memotret barkod, kemudian mengisi data diri. Bila ini dilakukan, seusai seminar akan menerima sebuah souvenir berbentuk tas.

Petugas di meja itu, meminta hape si bapak untuk membantu memotret barkod, tapi tidak berhasil, dan gagallah si bapak masuk, sementara temannya sudah melenggang masuk.

“Saya gak dapat tas deh,” kata si bapak dengan wajah nelangsa, diperhatiin petugas wanita muda itu, juga dengan raut redup, mungkin ia merasa kasihan.

Sistem registrasi digital ini memang disengaja panitia, agar peserta seminar bertahan dalam ruangan, tidak kabur setelah dapat suvenir.

Hotel Aria Barito

Kita beralih ke Hotel Aria Barito yang terletak di jalan Pangeran Antasari, Banjarmasin. Apa sih makna Aria Barito? Aria dalam Bahasa Italia berarti melodi atau lagu, sedangkan Barito merupakan nama Sungai terbesar di Kalimantan.

Ini berarti, menurut Meta AI, Aria Barito mencerminkan harapann pemiliknya, hotel itu akan menyajikan kesan atau pengalaman indah dan harmonis bagi tamu, sekaligus menghargai warisan budaya dan sejarah lokal Kalimantan Selatan. Hotel dengan 160 kamar ini berdiri mulai 2012, dengan berbagai fasilitas.

Di lantai 2, ada ruangan Kahayan (Kahayan Room), di sinilah tempat sekretariat panitia HPN Kalsel. Isinya adalah orang-orang dengan penuh dedikasi dan bersemangat tinggi. Bekerja siang malam seolah tanpa lelah. Di sebelah ruangan ini, beberapa kali digunakan juga untuk rapai panitia.
Di situ selalu terlihat panitia yang namanya Wina, Lia Lisna, Ivan, ibu Taty, Yanto, Nanang, Gunawan dan panitia lainnya.

Berbagai tugas kesekretariatan dikerjakan mereka. “Ah, sampai lupa makan,” kata Wina suatu hari, sembari menenteng sepiring nasi dari luar ruangan.

Di tempat itu, orang lalu lalang, keluar masuk, berurusan dengan ID Card, undangan, batik seragam, buku dan beberapa keperluan lain. Sekitar 1.500 lebih peserta HPN dari berbagai daerah, itulah yang mereka urus! Belum lagi undangan untuk para pejabat dari pusat dan daerah.

Tak jauh dari ruangan itu, ada ruang untuk beberapa sesi seminar. Suatu petang, saya berkunjung menyaksikan salah satu seminar. Ruangan penuh, semua kursi nyaris berisi.

Ini berbanding terbalik denga napa yang disebutkan ketua Panpel Raja Parlindungan Pane sebelumnya. Dalam grup panitia, Raja mengatakan, “Ayo bertebar kita hadiri semua seminar. Kita bekerja, nanti baru jalan-jalan.” Raja mengutarakan itu, karena dalam beberapa gambar yang masuk dalam WAG grup, kelihatan suasana kosong.

Tapi dalam keramaian yang saya lihat di salah satu seminar, banyak orang berbincang di belakang, sembari ngopi. Suara mereka berisik sementara seminar sedang berlangsung.

“Maaf bapak-bapak. Kalau mau ngobrol silahkan keluar. Kasihan orang yang bicara di depan, kalua kita berisik,” kata Chelsia Chan, yang mengurusi bidang acara. Kelompok orang berisik
itu pun diam.

Di sebelah Kahayan Room itu pula pada Minggu petang, para panitia berkumpul atas permintaan Raja. Banyak yang datang masih berbusana batik motif Kaharingan, karena belum sempat diganti usai acara puncak HPN pagi hari yang berlangsung meriah dan suksek, dibuka resmi oleh Menteri Kebudayaan, Fadli Zon.

“Ini bukan evaluasi. Saya hanya mau berterima kasih kepada bapak ibu semua. Juga mau curhat,” kata Raja, salah satu kunci sukses HPN 2025, tentu saja bersama Ketum PWI Hendry Ch Bangun dan Sekjen PWI Iqbal Irsyad.

Raja bercerita tentang suka duka yang dialaminya bersama rekan lain, selama menjalani pra-event HPN, sampai detik-detik akhir menjelang berlangsungnya acara puncak HPN Kalsel.

Cerita Raja dan Iqbal saat itu, begitu memukau sekaligus mengesankan, dan biarlah kisah semacam “untold story” ini menjadi halaman-halaman tersendiri yang terjilid dalam hati.

Tiga dari beberapa hotel yang digunakan panitia pada HPN 2024 Kalsel, yang juga digunakan pada peringatan Porwanas Agustus 2024, menuai cerita sendiri, setidaknya menjadi saksi tentang hiruk pikuk sekaligus tentang suksesnya penyelenggaraan HPN Kalsel 2025. (*)