Gaya HidupNasionalReligi

Filosofi di Balik Warna Merah dalam Perayaan Imlek

11
×

Filosofi di Balik Warna Merah dalam Perayaan Imlek

Sebarkan artikel ini
ilustrasi. (Detak/Aip Kurniawan)

detak.co.id, Jakarta – Warna merah mendominasi setiap aspek perayaan Imlek. Warna ini tidak hanya menjadi hiasan, tetapi juga menyimpan makna filosofis yang dalam. Dalam mitologi Tionghoa, warna merah diyakini dapat mengusir makhluk jahat seperti Nian, seekor monster yang konon muncul setiap akhir tahun untuk menyerang manusia. Oleh karena itu, warna merah digunakan untuk melindungi diri dari energi negatif.

Selain sebagai simbol perlindungan, merah juga melambangkan kebahagiaan, keberuntungan, dan kemakmuran. Lentera merah, amplop angpao, dan kain merah yang menghiasi rumah serta tempat ibadah menjadi pengingat akan harapan baru yang lebih baik di tahun mendatang. Karakter “Fu” (福), yang berarti kebahagiaan atau keberuntungan, sering ditulis di atas kertas merah sebagai doa untuk kesejahteraan.

Sebagai negara dengan keragaman budaya, Indonesia memiliki cara unik untuk merayakan Tahun Baru Imlek. Klenteng-klenteng dihias dengan megah, sementara pasar-pasar ramai menjual berbagai pernak-pernik khas Imlek. Di beberapa daerah, seperti Singkawang, perayaan Cap Go Meh diadakan sebagai puncak rangkaian Imlek, dengan atraksi tatung dan pawai budaya.

Tahun Baru Imlek bukan hanya perayaan budaya Tionghoa, tetapi juga memiliki nilai universal. Tradisi ini mengajarkan pentingnya kebersamaan, rasa syukur, dan harapan untuk masa depan yang lebih baik. Dalam dunia yang semakin modern, Imlek tetap menjadi pengingat akan kearifan lokal yang patut dijaga dan dilestarikan.