Nasional

Mengenal Tiga Tokoh Pengibar Bendera saat Proklamasi Kemerdekaan 1945

4
×

Mengenal Tiga Tokoh Pengibar Bendera saat Proklamasi Kemerdekaan 1945

Sebarkan artikel ini

detak.co.id, PENDIDIKAN – Pernahkah Anda menebak siapa yang membantu mengibarkan bendera merah putih pada saat upacara Kemerdekaan Indonesia pertama kali di tahun 1945. Biasanya, momen bersejarah itu akan dilakukan tiga Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) yang bertugas membawa bendera.

Seperti dikutip dalam laman ESI Kemdikbudristek RI. Tokoh yang mengibarkan bendera merah putih adalah Latief Hendraningrat, Sastro Kusumo, dan Surastri Karma (SK) Trimurti.

Lalu, siapakah mereka bertiga ini? Simak ulasannya dibawah ini.

  1. Latief Hendraningrat

Abdul Latief Hendraningrat merupakan prajurit Pembela Tana Air (PETA) yang melawan penjajahan Jepang. Abdul lahir di Jakarta 15 Februari 1911 sempat menjadi komandan kompi dengan pangkat Sudanco.

Diketahui, Latief bertanggung jawab atas peristiwa Rengasdengklok. Berkat dirinya, Soekarno dan Hatta aman dalam perjalanan ke Rengasdengklok dan terhindar dari pantauan Jepang.

Selain itu, ia mendapatkan tuga skhusus dari Soekarno untuk mengamankan lingkungan sekitar rumahnya menjelang kemerdekaan. Karena hal ini, Latief pun mendapatkan tugas untuk mengibarkan Sang Saka Merah Putih bersama Suhud Sastro Kusumo dan SK Trimurti.

  1. Suhud Sastro Kusumo

Hampir sama nasibnya dengan Latief, Suhud merupakan anggota Barisan Pelopor yang bertugas sebagai pengawal rumah Soekarno. Saat proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Suhud membantu Latief bersama SK Trimurti untuk mengibarkan bendera merah putih.

Tugasnya Suhud saat itu adalah mengambil bendera merah putih dari baki lalu kemudian mengikatkannya kepada tiang bambu. Ketika menggerek bendera, semua tokoh dan peserta yang ada disana mneyanyikan lagu “Indonesia Raya”.

  1. Surastri Karma (SK) Trimurti

Sama seperti yang lainnya, nama SK Trimurti mungkin terdengar masih samar-samar di telinga kalian. Tidak bisa dipungkiri jika, SK Trimurti menjadi sosok perempuan pengukir sejarah.

Ia menentang budaya feodalistik, yang membiasakan perlakuan diskriminatif terhadap perempuan yang lumrah pada saat itu. Adanya hal ini membuat SK Trimurti bertekad menuntut ilmu agar memiliki kecerdasan tinggi.

Berasal dari kalangan yang berada, ia kemudian bisa masuk ke Tweede Inlandsche School hingga melanjutkan ke Meisjes Normaal School atau Sekolah Guru Putri. Hal ini yang kemudian mneghantarkan SK Trimurti menjadi guru.

Tidak puas menjadi guru, SK Triumurti juga bekerja menjadi jurnalis yang pada saat itu sangat mengkritik terhadap pemerintah kolonial. Bahkan, beliau pernah dipenjara karena membuat leafleat ujaran antikolonialisme.

Setelah keluar dari penjara, Trimurti mendirikan perusahaan Koran Pesat di Semarang hingga akhirnya dibredel Jepang. Menghargai perjuangan itu, Trimurti diminta menjadi pengibar bendera oleh Ir. Soekarno.