detak.co.id, Woow – Para paleontolog kembali mencatatkan sejarah dengan penemuan fosil baru yang mengguncang pemahaman kita tentang evolusi awal kehidupan. Berlokasi di Taman Nasional Nilpena Ediacara, sebuah daerah terpencil di pedalaman Australia, situs ini telah menjadi pusat perhatian dunia ilmiah. Wilayah tersebut dipenuhi oleh jejak fosil dari masa ketika organisme bersel satu beralih menjadi bentuk kehidupan multiseluler, mengungkap kunci penting untuk memahami asal usul kehidupan di planet kita.
Dalam penelitian terbaru yang diterbitkan di jurnal Evolution & Development, para ilmuwan berhasil mengidentifikasi spesies laut purba yang hidup sekitar 555 juta tahun yang lalu. Makhluk yang dinamai Quaestio simpsonorum ini menarik perhatian karena strukturnya yang asimetris, menampilkan perbedaan mencolok antara sisi kiri dan kanannya. Ini merupakan salah satu tonggak utama dalam perkembangan anatomi hewan di masa lampau.
“Fosil ini sangat istimewa karena tidak ada organisme lain dari masa itu yang menunjukkan tingkat kompleksitas serupa,” ujar Scott Evans, asisten profesor geologi dari Florida State University, yang juga terlibat dalam penelitian ini. Menurut Evans, Quaestio simpsonorum menjadi salah satu hewan pertama yang diketahui mampu bergerak secara mandiri, suatu kemampuan luar biasa di masanya.
Fosil yang ditemukan, yang berukuran seukuran telapak tangan manusia, memiliki bentuk unik seperti tanda tanya di tengah tubuhnya, menandakan struktur bilateral yang jelas. Tim peneliti juga menemukan jejak gerakannya, memperkuat klaim bahwa makhluk ini mampu bergerak sendiri.
Mary Droser, profesor geologi dari University of California, Riverside, yang telah lama mempelajari fosil-fosil purba, menekankan pentingnya temuan ini. “Penelitian semacam ini sangat membantu kita memahami evolusi kehidupan di Bumi serta dampak perubahan lingkungan terhadap kelangsungan hidup spesies,” jelas Droser.
Temuan ini juga mempertegas status Taman Nasional Nilpena Ediacara sebagai salah satu situs paleontologis terpenting di dunia. Dengan luas sekitar 150.000 acre, situs yang dibuka untuk umum pada 2023 ini diusulkan untuk diakui sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO berkat kekayaan fosilnya.
Penelitian lanjutan di lokasi tersebut diharapkan akan terus mengungkap rahasia tersembunyi dari lanskap purba, membantu kita menjelajahi lebih dalam tentang perjalanan panjang evolusi kehidupan di Bumi.