Olahraga

Selayang Pandang Divisi Pemain Tenis Meja, Pemetaan tingkat kemampuan bertanding

18
×

Selayang Pandang Divisi Pemain Tenis Meja, Pemetaan tingkat kemampuan bertanding

Sebarkan artikel ini

OPINI, detak.co.id – Konon katanya, pada awalnya pertandingan tenis meja berlangsung tanpa ada pembagian divisi (untuk memetakan tingkat kemampuan bertanding).

Semua tarung bebas, dari yang lemah sampai yang kuat, dari pemula sampai professional terganung bercampur dalam satu arena perlombaan.

Dampaknya, perkembangan tenis meja tidak terlalu pesat, karena hanya didominasi oleh pemain-pemain dengan skill yang tinggi.

Perlombaan menurut prinsip agama manapun, menuntut adanya kesepadanan sesama peserta. Kalaulah yang lemah digabung dengan yang kuat, maka akan terjadi kekerasan scara psikis.

Yang kalah akan merasa minder, dan lambat laun tidak ingin lagi bermain tenis meja.

Maka, pada pertengahan dekade 90’an, salah satu penghobi, penggiat, dan pejuang Tenis Meja yaitu Bapak Singgih, mengagas adanya system divisi untuk memetakan grade (tingkat) kemampuan bertanding.

Tujuannya adalah untuk meminimalisir kesenjangan antar peserta turnamen.

Dibuatlah pemetaan divisi pemain :

  1. Divisi 1 ; Pemain Nasional
  2. Divisi 2 : Pemain tingkat provinsi (PORPROV)
  3. Divisi 3-4 : Pemain tingkat kabupaten (PORDA)
  4. Divisi 5 : tingkat Kecamatan (penghobi – pemula).

Dampaknya, peserta turnamen menjadi lebih banyak, sebab pemain yang lemah memiliki harapan berprestasi yang sama dengan lawan sepadannya.

Begitu pun pemain yang kuat, mendapatkan lawan pertanding yang sama-sama kuat untuk memenuhi kebutuhan jiwa petarungnya.

Pada tahun 2020, pandemi Covid-19 memaksa orang secara masiv untuk mengisolasi diri, untuk mencegah penyebaran virus Corona.

Warga di berbagai komplek perumahan, komplek perkampungan, dan pelosok gang mendapat ruang berkumpul, menghibur diri dan menjaga kebugaran melalui olahraga tenis meja.

Satu olahraga yang tidak membutuhkan ruangan yang luas. Dan perlengkapan yang terbilang hemat disbanding dengan olahraga lainnya.

Ruangan 8 m x 4 m cukup untuk satu (1) unit meja tanding. Ada ruang kelas kosong, ada garasi, ada ruko, ada gudang nganggur, ada halaman parkir, bisa dijadikan lokasi Persatuan Tenis Meja (PTM).

Bola satu (1) pcs cukup untuk belasan kali bertanding. Karet modal Rp150.000,00 cukup untuk enam (6) bulan. Biaya hemat, badan sehat dan silaturahmi nikmat.

Maka, sejak saat itulah banyak tumbuh subur menjamur beridirnya PTM PTM hampir di setiap RT. Tidak terkecuali di pelataran pelataran masjid, jamaah-jamaah menghibur diri setelah selesai beribadah dengan bermain pingpong.

Dari satu kecamatan yang tadinya hanya ada dua (2) PTM, sekarang bisa 30 PTM berdiri. Dari penghobi pingpong dalam satu kecamatan hanya sekitar 40an, sekarang bisa berjumlah 400an.

Peningkatan jumlah pemain pingpong yang begitu pesat, akhirnya berdampak pada meningkatnya frekwensi penyelenggaraan turnamen.

Setiap pemain butuh ruang untuk mengasah skillnya. Tidak perlu modal banyak. Cukup patungan 5ribuan berkumpul 15 orang, bikin bagan jadilah turnamen kecil atau turmini di setiap pekan, bahkan tiap malam.

Dari banyaknya event turnamen ini juga munculah banyak EO dan gedung-gedung baru dengan kapasitas besar. Di setiap pekan, Turnamen Open hampir bisa ada di 4-5 titik.

Dikarenakan jumlah turnamen semakin banyak, maka pemetaan divisi dituntut lebih detail. Maka pada tahun 2022, EO-EO di berbagai daerah menginisiasi adanya divisi tambahan.

Divisi 6,7,8,9,10 Untuk turnamen non Profesional, Bahasa sederhananya Tarkam.

Divisi 10 : untuk pemain yang baru bisa service bola kosong, rally, bisa menyerang bola kosong. (Semesh masih kadang nyangkut).

Divisi 9 : Bisa service bola isi, bisa rally dan menyerang, bola isi (Putaran dan tekanan tinggi). Bisa sepin, block spin (tapi masih banyak eror/boros).

Divisi 8 : Service isi-kosong, Bisa membuat dan meredam serangan bola isi pendek. Dengan taktik bermain lebih rapih dan tajam.

Divisi 7 : Pasti terlihat beda, Permainan lebih rapih, rally rally bola isi, serangan jarak jauh jarak dekat sudah bukan hambatan.

Perbandingan divisi juga dihitung dari jam terbang turnamen dan pencapaian podium dalam turnamen-turnamen open.

Untuk mengimbangkan pertandingan yang mempertemukan antar divisi diberlakukanlah Voor n voor, di mana pemain yang lebih lemah diberi point lebih dahulu sesuai takaran. Agar perjuangan mendapatkan point penuh menjadi sama kadarnya.

Pandemi telah berlalu, saking seringnya berlatih dan bertanding turnamen, orang yang awalnya gak bisa sama sekali, semakin mahir, semakin candu dan semakin kuat mental turnamennya.

Pasca pandemic Covid-19 tanpa diduga mnucul generasi baru, yang awalnya hanya coba coba melihat keramaian tenis meja, akhirnya menjadi candu juga.

Maka dibuatlah divisi 11, untuk pemain yang paling pemula dalam bertanding tenis meja.

Keberadaan divisi 11 ini juga akhirnya membutuhkan ruang khusus (kategori) yang terpisah dari para petarung. Dengan begitu, semangat berlatih, dan potensi pelanggan privat tenis meja juga semakin banyak.

Polemic Sistem divisi
Perdebatan soal divisi menjadi sangat dinamis dan pelik mengingat di setiap kawasan memiliki standar berbeda.

Hampir di setiap event selalu terjadi perdebatan yang panjang. Meskipun pada akhirnya semua saling memaklumi.

Kondisi ini diakibatkan oleh beberapa hal, yakni

  1. Tidak ada Lembaga yang otoritatif (berwenang) mutlak selain EO penyelenggara yang bertanggungjawab penuh pada satu event.
  2. Tidak ada musyawarah antar EO dari berbagai kawasan yang resmi, untuk menyamakan persepsi dan standar yang baku.
  3. Tidak ada database yang lengkap (Nama Asli, Nama Panggilan, Foto dan Video Pertandingan) untuk pemain pingpong di atas 1000 pemain.
  4. Misalnya EO yang berjumlah 2 orang plus wasit, memverifikasi pemain sejumlah 400-600 orang.
  5. Berdampak pada EO yang tidak bisa tegas menilai divisi.
  6. Akhirnya karena kekecewaan itu, berdampak pada minimnya kesadaran dari para peserta untuk mendaftarkan diri secara jujur.

Setiap event sebesar dan serapih apa pun selalu menyimpan kekecewaan kepada panitia penyelenggara. Terutama bagi yang kalah dan merasa dirugikan oleh kekeliruan menilai kelas pemain.

Kelebihan system divisi
Perdebatan soal divisi menjadi menu yang tiada habisnya dan tiada ujungnya. Kondisi yang menjenuhkan ini sempat membuat para penghobi tenis meja patah semangat. Beberapa event turnamen sepi peminat, dan beberapa PTM pun sepi pengunjung.

Jika kondisi ini terus berlanjut, maka akan ada beberapa dampak, diantaranya:
a. Penghobi tenis meja perlahan menurun dan habis.
b. Pelatih tenis meja menjadi sepi pelanggan.
c. Pengusaha merchandise dan alat tenis meja menjadi sepi pembeli.
d. EO dan para wasit menjadi kekurangan job.
e. Sponsor turnamen semakin menjauh karena citra turnamen yang negative.

Sampai akhirnya ada beberapa EO yang mencoba kembali memberlakukan turnamen bebas divisi.

Hasilnya, memang minim polemik, tapi dampak buruknya turnamen tersebut menjadi sepi peminat. Tuntutan biaya sponsor lebih besar, biaya turnamen membengkak serta UMKM sepi pembeli.

Kondisi ini menjadi sulit bagi organisasi/komunitas tenis meja dengan resource (sumber daya) finansial yang lemah. Banyak PTM dengan kapasitas besar menjadi kesulitan membuat event.

Dapat disimpulkan, serumit rumitnya turnamen mengunakan system divisi, lebih pedih lagi bagi panitia untuk turnamen dengan menggunakan system tanpa divisi.

Jalan Tengah

Tenis meja dalam perkembangannya yang lebih pesat, tanpa sadar telah menjadi bagian besar yang mendarahdaging dalam keseluruhan waktu kehidupan.

Kebutuhan akan adanya event turnamen tenis meja tidak hanya soal prestasi. Ada nilai lain yang lebih besar, berupa silaturahmi yang mempererat persatuan masyarakat, kesejahteraan UMKM yang memicu perputaran ekonomi.

Pemain tenis meja seperti memakan sambal, merasa pedas tapi makan lagi, makan lagi sambal itu.

Biar complaint terus, tapi tetap daftar terus di tiap turnamen. Biar kalah yang penting senang. Bisa kumpul sama kawan, enak makan enak ketawa bareng.

Banyak yang hidup secara langsung atau pun tidak langsung dari dunia tenis meja.

Siapa yang hidup dari tenis meja, harus bersedia menghidupkan tenis meja untuk kelangsungan hidupnya.

Siapa yang berlindung dalam satu rumah, berkewajiban menjaga dan memperbaiki rumah tersebut untuk kenyamanan tempat tinggalnya. (Red/Wildan Alami
Master K Organizer)