Teknologi

Starlink Mendisrupsi Industri Internet di Kenya

14
×

Starlink Mendisrupsi Industri Internet di Kenya

Sebarkan artikel ini

detak.co.id Tekno – Layanan internet satelit orbit rendah, Starlink, yang diluncurkan oleh SpaceX pada 2019, kini telah hadir di lebih dari 100 negara. Namun, kehadirannya tak hanya membawa manfaat, tetapi juga tantangan besar bagi penyedia layanan internet lokal, khususnya di Kenya.

Sejak diperkenalkan di Kenya pada Juli 2023, Starlink telah mengubah peta persaingan di industri telekomunikasi. Dengan menawarkan konektivitas cepat, cakupan luas, dan harga yang kompetitif, Starlink berhasil menarik lebih dari 8.000 pelanggan pada Juni 2024, menjadikannya penyedia internet terpopuler kesepuluh di negara tersebut, menurut data Otoritas Komunikasi Kenya.

Layanan ini menjadi favorit di daerah pedesaan, di mana perusahaan lokal seperti Safaricom dan Jamii kerap dianggap terlalu mahal dan kurang andal. Starlink mematok harga $10 per bulan untuk 50GB data, yang jauh lebih terjangkau dibandingkan layanan dari penyedia lokal.

Abel Boreto, seorang investor di Nairobi, mengungkapkan bahwa Starlink memberinya solusi yang lebih baik dibandingkan Safaricom. “Safaricom cukup mahal dan internetnya pun tidak dapat diandalkan. Saya mencoba Starlink yang lebih terjangkau dan dapat diandalkan untuk digunakan jangka panjang,” kata Boreto.

Popularitas Starlink begitu tinggi sehingga perusahaan sempat menghentikan langganan baru di kota-kota besar Kenya pada November 2024 karena kapasitas jaringan yang kewalahan menghadapi lonjakan permintaan. Untuk mengatasi hal ini, Starlink berencana memperluas infrastrukturnya di Nairobi dan Johannesburg.

Namun, keberhasilan Starlink tidak lepas dari kritik. Mohan, profesor ilmu komputer di Delft University, menyatakan kekhawatirannya terhadap potensi monopoli global oleh Starlink. Menurutnya, dominasi satu pemain dalam industri internet dapat membuat konsumen rentan terhadap kenaikan harga dan penurunan kualitas layanan di masa depan.

Selain itu, perusahaan telekomunikasi lokal di Kenya juga menyuarakan kekhawatiran serupa. Mereka menilai bahwa Starlink berpotensi mengambil pangsa pasar yang signifikan, sehingga mengancam keberlangsungan perusahaan lokal yang mempekerjakan ribuan orang di benua Afrika.