Daerah

Terombang Ambing di Selat Malaka Selama 4 Hari, Wabup Adlin Tambunan Kunjungi TKI Serdang Bedagai

54
×

Terombang Ambing di Selat Malaka Selama 4 Hari, Wabup Adlin Tambunan Kunjungi TKI Serdang Bedagai

Sebarkan artikel ini

detak.co.id, SERDANG BEDAGAI – Wakil Bupati Serdang Bedagai (Sergai), Adlin Tambunan, memberikan dorongan semangat dan nasihat kepada para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Sergai yang selamat dari insiden terombang-ambing di Selat Malaka.

Dalam kunjungannya di Jalan Masjid, Desa Pekan Tanjung Beringin, Kecamatan Tanjung Beringin, Wabup Adlin Tambunan meminta mereka untuk tetap semangat, banyak beristirahat, dan bersabar agar dapat pulih dan kembali beraktivitas seperti biasa.

Kunjungan tersebut juga dihadiri oleh Camat Tanjung Beringin, Nurchinta Depi Tambunan S.Si, perwakilan dari Puskesmas Tanjung Beringin, serta Tokoh Muda Sergai, Sakarani, SH.

Saat berbicara kepada wartawan di Sei Rampah pada Minggu (4/8/2024), Wabup Adlin Tambunan mengingatkan pentingnya berhati-hati dalam memilih transportasi, khususnya bagi para TKI yang hendak pulang ke tanah air.

“Mengingat keselamatan bagi kita semua, terkhusus para TKI untuk lebih berhati-hati dalam memilih transportasi tujuan kepergian atau kepulangan,” tambahnya.

Menurut Wabup Sergai, ada sembilan TKI yang terlibat dalam insiden tersebut. “Ya, 9 orang ingin pulang menaiki kapal tongkang dan terombang-ambing di laut. Dari 9 orang tersebut, 1 berasal dari Sergai, 4 dari Tanjung Balai, 3 dari NTT, dan 1 dari Labuhan Batu Utara,” jelas Adlin.

Darma Yani (28), salah satu korban, menceritakan pengalaman mereka. Mereka berangkat dari Johor Baru, Malaysia, dengan bus menuju dermaga untuk menaiki tongkang yang disiapkan oleh agen perjalanan.

Dengan tarif 2.200 RM per orang, mereka dijanjikan perjalanan aman hingga ke pelabuhan Tanjung Balai, Sumatera Utara.

Namun, saat perjalanan berlangsung, tongkang yang mereka tumpangi tenggelam sekitar pukul 17.00 waktu Malaysia di Selat Malaka.

“Kami kesembilan TKI sangat kebingungan, masing-masing berusaha menyelamatkan diri sambil melihat kedua tekong sudah tidak ada dan meninggalkan kami,” ungkap Darma Yani sambil menangis.

Dengan peralatan seadanya seperti kardus, Darma Yani dan seorang rekannya asal NTT berusaha bertahan. Rekan-rekan mereka lainnya memegang fiber dan benda lain untuk bertahan di laut.

Memasuki hari ketiga, kelompok mereka terpisah. Tiga orang rekan mencoba mencari pertolongan, sementara yang lain tetap berkumpul.

Tragisnya, rekan Darma Yani asal NTT meninggal dunia akibat kelelahan. “Ya, rekan saya asal NTT meninggal, namun saya tetap memegang jasadnya agar tidak terpisah,” kata Darma Yani.

Peristiwa ini menjadi pengingat akan pentingnya keselamatan dan kehati-hatian dalam perjalanan, terutama bagi para TKI yang kerap kali harus menempuh perjalanan jauh dengan kondisi dan sarana yang minim.(ap).