detak.co.id, Jakarta – Tahun Baru Imlek, yang juga dikenal sebagai Tahun Baru Cina, adalah salah satu perayaan paling penting dalam budaya Tionghoa. Dirayakan setiap tahun berdasarkan kalender lunar, momen ini menjadi ajang untuk merayakan kebersamaan keluarga, tradisi turun-temurun, serta harapan untuk tahun yang lebih baik.
Tahun Baru Imlek memiliki akar sejarah yang panjang, yang diyakini bermula lebih dari 3.000 tahun lalu pada masa Dinasti Shang. Perayaan ini awalnya merupakan bentuk penghormatan kepada dewa-dewa dan leluhur, sekaligus ungkapan syukur atas hasil panen.
Secara filosofis, Tahun Baru Imlek melambangkan siklus baru dalam kehidupan. Dalam tradisi Tionghoa, setiap tahun dikaitkan dengan salah satu dari 12 shio, yang masing-masing memiliki karakteristik unik. Shio ini dianggap sebagai simbol keberuntungan, dan banyak orang percaya bahwa shio mereka dapat memengaruhi keberuntungan di tahun yang baru.
Perayaan Tahun Baru Imlek tidak hanya sekadar pesta, tetapi juga penuh dengan tradisi yang memiliki makna mendalam:
Sebelum Tahun Baru, rumah dibersihkan secara menyeluruh untuk mengusir energi buruk dan membawa keberuntungan. Namun, kegiatan menyapu tidak dilakukan pada hari pertama Imlek agar keberuntungan yang telah datang tidak “tersapu” keluar.
Malam sebelum Tahun Baru, keluarga berkumpul untuk makan malam bersama, yang dikenal sebagai “reunion dinner.” Hidangan khas seperti ikan (simbol keberlimpahan) dan kue keranjang (simbol keharmonisan) selalu hadir dalam menu.
Tradisi memberikan angpao, amplop merah berisi uang, dilakukan sebagai simbol berbagi rezeki dan doa untuk kesejahteraan. Angpao biasanya diberikan oleh mereka yang sudah menikah kepada anak-anak atau kerabat yang lebih muda.
Tarian barongsai dan petasan sering menjadi bagian dari perayaan. Barongsai diyakini dapat mengusir roh jahat, sedangkan petasan digunakan untuk menciptakan suasana meriah dan menghalau nasib buruk.
Warna merah mendominasi setiap aspek perayaan Imlek. Warna ini melambangkan keberuntungan, kebahagiaan, dan perlindungan dari roh jahat. Selain itu, dekorasi seperti lentera merah dan hiasan bergambar ikan serta karakter “Fu” juga memiliki makna keberuntungan dan kesejahteraan.
Sebagai negara dengan keragaman budaya, Indonesia memiliki cara unik untuk merayakan Tahun Baru Imlek. Klenteng-klenteng dihias dengan megah, sementara pasar-pasar ramai menjual berbagai pernak-pernik khas Imlek. Di beberapa daerah, seperti Singkawang, perayaan Cap Go Meh diadakan sebagai puncak rangkaian Imlek, dengan atraksi tatung dan pawai budaya.
Tahun Baru Imlek bukan hanya perayaan budaya Tionghoa, tetapi juga memiliki nilai universal. Tradisi ini mengajarkan pentingnya kebersamaan, rasa syukur, dan harapan untuk masa depan yang lebih baik. Dalam dunia yang semakin modern, Imlek tetap menjadi pengingat akan kearifan lokal yang patut dijaga dan dilestarikan.